Laman

Please Select The Desired Language

English French German Spain Italian Dutch Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

23 Jan 2012

Kisah Seekor Tikus


Ada sepasang suami istri petani yang baru saja pulang dari pasar. Sesampainya di rumah istri petani tersebut mengeluarkan barang belanjaan mereka dari dalam keranjang. Tanpa mereka sadari, rupanya ada seekor tikus yang sedari tadi memperhatikan aktivitas mereka. Tikus itupun bergumam dalam hati “hmm... makanan apa lagi kali ini yang mereka bawa?”.

Ternyata di antara barang belenjaan itu salah satunya adalah perangkap tikus. Tikus itupun sangat terkejut dan ketakutan. Ia segera berlari meninggalkan tempat itu menuju sebuah kandang yang berada di belakang rumah. Di sana ada seekor ayam, dan ia langsung memberitahukan kabar tersebut. “Hai ayam, di rumah ada perangkap tikus dan aku sangat takut sekali”. 


Tapi ayam menyambut kabar itu dengan dingin. “Tikus temanku, aku turut bersedih dengan hal ini, tapi perangkap itu tidak berpengaruh terhadapku. Coba kau kabarkan kepada teman kita yang lain!”

Tikus itupun lalu pergi menemui si kambing dan segera menyampaikan kabar tersebut. Namun tanggapan si kambing tidak jauh berbeda dengan ayam. “Aku turut bersimpati kepadamu kawan, tapi tidak ada yang bisa aku lakukan untuk membantumu. Lihat... di sana ada si sapi, coba kau beritau dia, mungkin ada yang bisa ia lakukan!”

Setelah bertemu sapi lagi-lagi si tikus harus kecewa dengan jawabannya. “Maafkan aku. Tapi perangkap tikus tidak berbahaya buatku sama sekali”

Dengan putus asa si tikus bertemu dengan seekor ular. "Apa yang terjadi denganmu sobat, sepertinya kamu sedang dalam masalah ?", tannya ular.

"Tadi aku melihat petani membeli sebuah perangkap tikus, dan aku sangat takut. Aku kuatir akan menjadi korbanya", jawab tikus dengan lirih.

“Ahh.. hanya sebuah perangkap tikus?, aku tidak akan apa-apa deng benda itu". Sahut ular tidak perduli.

Dengan perasaan kecewa akhirnya tikus itu memutuskan untuk kembali kerumah, "baiklah aku akan menghadapinya sendiri", gumamnya dalam hati. 

Disuatu malam, petani pemilik rumah terbangun dari tidurnya karena mendengar suara perangkap tikus yang berbunyi cukup keras dan ini menandakan bahwa perangkap yang ia pasang telah memakan korban.

Namun ketika melihat perangkapnya, petani itu amat terkejut karena yang ia lihat adalah seekor ular berbisa telah terjebak di perangkapnya. Ular itu terjepit di antara pintu perangkap yang membuatnya kesakitan dan menjadikannya sangat agresif. Si petani dan istrinya berusaha untuk membunuh ular itu, namun sial meskipun ular tersebut berhasil dibunuh tapi si istri petani sempat tergigit dan teracuni oleh bisanya.

Karena kejadiaan itu si istri petani mengalami demam yang sangat tinggi. Atas saran dari kerabat ia disuruh membuatkan sup ayam agar demam istrinya tidak semakin parah. Maka ayam yang ada dikandangpun ia potong untuk membuatkan sup buat istrinya.

Beberapa hari berlalu sakit istrinya bukannya membaik, tapi justru semakin parah. Berdasarkan seorang teman petani itupun memotong kambing peliharaannya. Konon menurut temannya, hati kambing dapat menyembuhkan sakit hasil gigitan ular.

Tapi, setelah menyantap hati kambing tersebut nyawa istrinya tidak tertolong lagi. Di hari pemakaman sang istri, banyak kerabat dan tetangga yang berdatangan untuk turut berbela sungkawa. Malamnya diadakan acara doa bersama untuk mendoakan arwah istrinya, maka sapi peliharaannyapun turut di potong untuk memberi makan bagi orang-orang yang hadir.

Dari kejauhan si tikus menatap dengan penuh kesedihan. Kini teman-teman yang selam ini biasa ia ajak bercengkrama telah tiada. Ayam, kambing, sapi, dan ular telah tewas dalam rangkaian kejadian tersebut.

Keesokan harinya, ia melihat Perangkap Tikus yang menjadi awal segala musibah itu di buang oleh si petani, dan hiduplah si tukus dengan damai tanpa bayang-bayang ketakutan terperangkap oleh jebakan tikus.

Apa hikmah yang dapat kita ambil dari kisah tersebut? Kawan, di dunia ini banyak sekali orang yang mengalami kesusahan di sekitar kita. Sering kita tidak memperdulikannya, kita menganggap itu bukanlah masalah bagi kita. Mulai sekarang, belajarlah untuk lebih perduli akan kesusahan orang lain, bisa saja kesusahan itu suatu saat nanti akan menjadi kesusahan kita juga. Maka, jika suatu saat nanti hal itu terjadi di sekitar kita, dan  jika kita mengira itu bukan urusan kita, sebaiknya pikirkanlah sekali lagi.

0 komentar:

Posting Komentar