Laman

Please Select The Desired Language

English French German Spain Italian Dutch Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

25 Jan 2012

Mata Cinta Kopi Asin


Disuatu pesta, seorang pria bertemu dengan seorang gadis. Gadis tersebut tampil sungguh luar biasa, dan banyak lelaki mencoba untuk mendekatinya. Si pria tampil sebaliknya dengan dandanan biasa saja dan tidak ada yang memperhatikannya. Tapi ketika pesta telah usai, pria tersebut mencoba untuk memberanikan diri dengan mengajak si gadis mampir kesebuah krdai kopi. 

Si gadis agak terkejut, tapi karena kesopanan pria itu akhirnya iapun mau untuk di ajak pergi. Mereka berdua duduk di sebuah kedai kopi. Si pria agak gugup dan tak berani berkata apapun. Si gadis merasakan ketegangan itu dan ia pun berkata kepada pria tersebut, “Tidakkah sebaiknya kita pulang saja?”

Tiba-tiba pria itu berkata untuk pertama kalinya, sambil melambaikan tangan pada pelayan, “bisa minta garam untuk kopi saya?”

Semua orang yang mendengar ucapan pria itu memandang dengan aneh ke arah kearahnya. Si pria jelas menjadi salah tingkah dan wajahnyapun berubah memerah. Tapi tetap saja ia memasukkan garam tersebut ke dalam kopinya dan dengan tenang ia meminumnya. Si gadis dengan penasaran bertanya, “Kenapa kamu bisa punya hobi seperti ini?”

Si pria menjawab “Dulu ketika saya kecil, saya tinggal di daerah dekat pantai, setiap hari saya suka sekali bermain di laut, saya dapat merasakan asinnya air laut, sama seperti kopi asin ini. Dan setiap kali saya meminum kopi asin, saya jadi teringat masa kecil dulu, ingat kampung halaman dan semua kenangan saya dulu di sana. Saya sangat rindu tempat itu, saya juga rindu kedua orang tua saya yang masih tinggal di sana”.

Begitu kalimat terakhir usai, mata si pria berkaca-kaca dan si gadis sangat tersentuh atas ucapan tulus dari pria yang ada di hadapannya. Bila seorang pria dapat bercerita dengan tulus bahwa ia rindu terhadap kampung halamannya, pasti pria itu mencintai rumahnya. Peduli akan rumahnya dan mempunyai tanggung jawab akan rumahnya. Kemudian si gadis juga mulai bercerita, bercerita juga mengenai kampung halamannya yang jauh di sana, termasuk masa kecil dan keluarganya. Suasana yang sebelumnya kaku langsung berubah menjadi perbincangan yang hangat. Dan hal itu berubah menjadi sebuah awal yang indah dalam cerita mereka berdua kelak. 

Kemudian cerita berlanjut seperti layaknya sebuah cerita cinta yang romantis. Setelah pernikahan mereka setiap pagi ketika sang istri membuatkan kopi untuk suaminya, ia selalu membubuhkan garam di dalamnya, karena ia tahu itulah yang disukai suaminya.

Kini usia pernikahan mereka sudah 40 tahun, dan saat itulah si suami meninggal dunia. Setelah acara pemakaman usai, sang istri kembali pulang kerumah. Setiap sudut rumah yang ia lihat kembali membuatnya terkenang saa-saat indah bersama suaminya dulu. 

Hari-hari berlalu, dan ketika ia merapikan barang-barang peninggalan suaminya, tanpa di sengaja ia menemukan sebuah surat, dan ternyata surat itu ditujukan kepada dirinya. Dengan gemetar si istri membaca surat tersebut.

“Sayangku yang tercinta, mohon maafkan aku. Maafkan kalau seumur hidupku bersamamu adalah dusta belaka. Seemur hidup kita bersama yang aku katakan padamu tentang kopi asin, hanyalah bohong belaka. Sayang, kamu ingatkan waktu pertama kali kita bertemu? Saya sangat gugup waktu itu, bahkan ketika saya ingin meminta gula untuk kopi saya, saya malah berkata garam. Sulit sekali bagi saya untuk mengubahnya karena kamu pasti akan merasa tambah tidak nyaman. Jadi saya teruskan saja, saya tidak pernah berpikir bahwa hal itu akan menjadi awal komunikasi kita, awal keakraban kita, dan mata cinta kita. Saya mencoba berkata sejujurnya selama ini, saya ingin menjelaskannya kepadamu. Tapi saya terlalu takut karena saya berjanji untuk tidak berbohong sekalipun. Sekarang saya sekarat, saya tidak takut apa-apa lagi. Jadi saya katakan kepadamu yang sejujurnya, saya tidak suka kopi asin. Rasanya betul-betul aneh dan sungguh tidak enak. Tapi saya selalu mendapat kopi asin seumur hidup saya sejak menikah denganmu. Dan saya tidak pernah menyesal sekalipun untuk segala sesuatu yang saya lakukan untukmu. Memilikimu adalah kebahagiaan terbesar yang pernah ada dalam hidup ini. Bila saya dapat hidup untuk kedua kalinya, saya tetap ingin bertemu kamu lagi dan memilikimu seumur hidup, meskipun saya harus kembali meminum kopi asin".

Setelah membaca surat itu, ia sangat sedih dan air mata si istri menetes membasahi kedua belah pipinya. 

Kemudian hari, jika ada seseorang yang bertanya kepadanya bagaiman rasanya minum kopi yang di camour garam?,  Si istripun menjawab, “Rasanya sangat manis” dengan senyuman mengembang dan dua titik air mata di pipinya.

(Resonansi Jiwa)

2 komentar:

  • Unknown says:
    26 Januari 2012 pukul 07.11

    asyik nih kayaknya , hehe..

  • Unknown says:
    26 Januari 2012 pukul 07.15

    Monggo, kopinya di minum. hehehe...

    Ambil hikmahnya aja sob...

Posting Komentar