Laman

Please Select The Desired Language

English French German Spain Italian Dutch Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

15 Jan 2012

Rautan Meja Kayu


Suatu ketika, ada seorang kakek yang harus tinggal dengan anaknya. Bersama mereka, tinggal pula seorang menantu dan anak yang berusia 6 tahun. Tangan orang tua itu rapuh dan sering bergerak tak menentu. Penglihatannya buram dan cara berjalannya pun ringkih.

Keluarga itu biasa makan bersama di ruang makan. Namun, sang orang tua yang pikun itu sering mengacaukan segalanya. Tangan yang bergemetar dan mata yang rabun membuatnya susah untuk menyantap makanan. Sendok dan garpu kerap jatuh kebawah.

Saat si kakek meraih gelas, segera saja susu itu tumpah membasahi taplak meja. Anak dan menantunya pun menjadi gusar. Mereka merasa direpotkan dengan semua itu.

” Kita harus melakukan sesuatu,” ujar suami.” Aku sudah bosan membereskan semuanya untuk pak tua ini.”

Kemudian kedua suami istri itu pun membuatkan sebuah mejakecil disudut ruangan. Disana, sang kakek akan duduk untuk makan sendirian saat semuanya menyantap makanan. Karena sering memecahkan piring, keduanya juga memberikan mangkuk kayu untuk si kakek.

Saat keluarga itu sibuk dengan makan malam mereka, seringkali terdengar isak sedih dari sudut ruangan. Ada airmata yang tampak mengalir dari gurat keriput si kakek meski tak ada gugatan darinya. Tiap kali nasi disuapnya, air mata selalu menetes jatuh dari sis pipinya. Namun, kata yang keluar dari suami istri itu selalu berupa omelan agar ia tak menjatuhkan makanan lagi.

Anak mereka yang berusia 6 tahun memandang semuanya dalam diam. Suatu malam, sebelum tidur, sang ayah memperhatikan anaknya yang sedang memainkan rautan pada sebatang kayu. Dengan lembut, ditanyailah anak itu. “kamu sedang membuat apa?”

Anaknya menjawab, ” Aku sedang membuat meja kayu buat ayah dan ibu, untuk makan saat aku besar nanti. Meja itu akan kuletakkan disudut itu, dekat tempat kakek biasa makan.”Anak itu tersenyum dan melanjutkan pekerjaannya.

Jawaban itu membuat kedua orang tuanya begitu sedih dan terpukul. Mereka tak mampu berkata-kata lagi.. Kemudian airmata pun menetes dari wajah mereka. Walau tak ada kata-kata yang terucap, kedua nya mengerti, ada sesuatu yang harus mreka perbaiki.

1 komentar:

  • ramuan tahan lama says:
    21 Juli 2015 pukul 03.45

    Postingan ini sangat bermanfaat, memberikan informasi mengenai hal yang belum diketahui. Semoga postingan ini bisa memberikan motivasi untuk selalu ingin tahu.

Posting Komentar