Laman

Please Select The Desired Language

English French German Spain Italian Dutch Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

18 Jan 2012

Si Kecil Jessica


Pak Budi seorang eksekutif muda yang sukses, seperti biasa ia sibuk mengerjakan berkas-berkas pekerjaan kantor yang dibawanya pulang ke rumah karena keesokan harinya ada rapat umum yang sangat penting dengan para pemegang saham. Ketika ia sedang asyik dengan dokumen-dokumen itu, putri satu-satunya Jessica datang mendekati, ia berdiri tepat  sambil membawa sebuah buku cerita.

Buku itu bergambar seekor beruang yang imut dan tetu saja bagi Jessica kecil itu sangta menarik, "Papa lihat!" seru Jessica berusaha menarik perhatian ayahnya. 

Budi menengok ke arahnya, lalu dengan kalimat basa-basi ia berkata, "wah, buku baru ya Jess?"

"Iya pah" Jessica berseri-seri karena merasa ada tanggapan dari sang ayah. "Bacain Jessi dong pa..." pinta Jessica lembut.

"Wah papa sedang sibuk Jess, jangan sekarang deh" sanggah Budi dengan cepat. Ia lalu mengalihkan perhatiannya pada kertas-kertas yang berserakkan di depannya.

Jessica diam sejenak, namun ia belum menyerah. Dengan suara lembut dan sedikit manja ia kembali merayu  ayahnya " Papa liatdeh gambarnya lucu banget, papa pasti suka ". 

Budi mulai agak kesal, "Jessi, papa bilang lain kali, papa masih banyak kerjaan, sudah sana..!" kata Budi membentaknya. Kali ini Budi berhasil, semanat Jessica kecil terkulai, hampir menangis, matanya berkaca-kaca dan ia bergeser menjauhi ayahnya. 

"Iya pa, lain kali ya pa?" jawabnya dengan  lembut. Ia masih sempat mendekati ayahnya dan sambil menyentuh lembut tangannya, lalu ia menaruh buku yang ia bawa di pangkuan ayahnya. "Pa kalau papa ada waktu, papa baca keras-keras ya pa, supaya Jessica bisa denger". Iapun lalu berlalu menuju kamarnya.

Hari demi hari telah berlalu, tanpa terasa sedah dua pekan sejak jessica meminta ayahnya membacakannya buku, namun permintaan Jessica kecil tidak pernah terpenuhi, buku cerita itu belum pernah dibacakan bagi dirinya. 

Hingga pada suatu sore terdengar suara hentakan keras di depan rumah pak Budi "Brukkkk!!!" Tubuh Jessica kecil tertabrak kendaraan seorang pemuda mabuk yang melaju kencang.

Tubuh Jessica kecil terlempar beberapa meter, dalam keadaan yang begitu panik mobil ambun didatangkan secepatnya. Dalam perjalanan menuju rumah sakit, Jessica kecil sempat berkata dengan begitu lirih "Jessi takut pa, jessi takut ma, Jessi sayang papa dan mama" darah segar terus keluar dari mulutnya hingga nyawanya tidak tertolong lagi.

Kejadian soresangat membuat Budi tergoncang. Ia teringat permintaan sang buah hati yang sangat sederhana ,yang tidak ia penuhi. Masih segar terbayang dalam ingatannya tangan mungil si kecil Jessi yang memohon kepadanya untuk membacakan sebuah cerita. Kini sentuhan itu terasa sangat berarti sekali baginya, "Papa bacakan yang keras ya pa, supaya Jessica bisan denger" suara lembut Jessi kembali terngiang-ngiang dalam hatinya.

Sore itu setelah segalanya telah berlalu, yang tersisa hanya keheningan dan kesunyian hati, canda dan riang Jessica kecil tidak akan terdengar lagi, Budi mulai membuka buku cerita yang diambilnya perlahan dari tumpukan mainan Jessica di pojok ruangan.

Bukunya sudah tidak baru lagi, sampulnya sudah usang dan koyak. Beberapa coretan tak berbentuk menghiasi lembar-lembar halamannya seperti sebuah kenangan indah dari Jessica kecil. Budi menguatkan hati, dengan mata yang berkaca-kaca ia membuka halaman pertama dan membacanya dengan suara keras, tampak sekali ia berusaha membacanya dengan keras, Ia terus membacanya dengan keras-keras halaman demi halaman, dengan berlinang air mata. "Jessi dengar, ini papa membacakannya untukmu nak" selang beberapa kata hatinya memohon lagi "Jessi maafkan papa... Papa sayang Jessi". 

Seakan setiap kata dalam bacaan itu begitu menggores lubuk hatinya, tak kuasa menahan itu Budi lalu bersujud dan menangis. Ia berdoa, memohon agar diberi satu kesempatan lagi untuk mencintai putri kecilnya "Jessica".

Hargailah waktu yang ada, setiap janji adalah hutang yang wajib dibayar. Dan penyesalan selalu datang terlambat, maka bijaksanalah...

0 komentar:

Posting Komentar