Laman

Please Select The Desired Language

English French German Spain Italian Dutch Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

4 Feb 2012

Menolong Tanpa Pamrih

(Ini adalah sebuah kisah nyata tentang Alexander Fleming)

Fleming adalah seorang petani Skotlandia yang miskin. Pada suatu hari, saat ia sedang bekerja di kebun,  ia mendengar teriakan minta tolong. Sejenak ia berhenti dan mencoba mengamati lagi teriakan itu. Teriakan itu berasal dari rawa-rawa di dekat kebunnya.

Fleming segera meletakkan peralatan kerjanya dan berlari menghampiri rawa-rawa itu. Di sana ia melihat ada seorang anak sedang bergelut dengan api. Mungkin anak itu telah bermain-main dengan bubuk mesiu, yang saat itu bertaburan di tubuhnya. Api menyala denga sangat besar dan telah menjilati tubuh anak tersebut.

Fleming berupaya untuk menolong anak itu, untunglah ia berhasil mematikan api tersebut. Meski api telah berhasi ia padamkan, ternyata anak kecil itu sempat terluka di bagian kakinya. Fleming pun lalu membalut luka di kaki anak tesebut dan mengobatinnta. Setelah anak dapat berjalan lagi, Fleming melepas anak itu  untuk pergi. Anak itu juga tidak lupa mengucapkan terima kasih serta menanyakan nama  Fleming.

Esok paginya, sebuah kereta kuda milik bangsawan datang ke gubug  Fleming. Bangsawan itu mengaku sebagai bapak dari anak yang telah ia tolong kemarin.

“Aku ingin memberimu uang sebagai rasa terimakasihku kepadamu yang telah menyelamatkan anakku kemarin. Mungkin jumlahnya tidak seberapa dibanding jasamu, tapi cukup untuk membangun gubugmu ini hingga menjadi rumah yang layak ditinggali.” Kata bangsawan itu.

“Maaf, saya tidak bisa menerima pemberian atas setiap pertolongan yang telah saya berikan, saya hanya melakukannya karena itu memang sudah menjadi kewajiban saya.” jawab Fleming.

Sebelum sempat bangsawan itu menjawab, tiba-tiba seorang anak dengan pakaian compang-camping berlari masuk rumah. “Apa itu anakmu?” Tanya si bangsawan.

“Ya, dia anak saya”  Fleming menjawab.

“Bagaimana jika kita buat kesepakatan. Ijinkan sya untuk merawat anak itu, saya akan memberikannya pendidikan yang baik di sekolah terkemuka. Ijinkan saya menolong masa depannya seperti halnya anda yang telah menyelamatkan masa depan anak saya. Saya percaya anak itu kelak akan tumbuh menjadi orang besar, ia akan mewarisi kelemah lembutan dan hati yang luar biasa seperti ayahnya.” Ujar si bangsawan itu

Demi masa depan anknya, Fleming akhirnya mengijinkan bangsawan itu membawa anaknya. 

Sekalipun hidup diantara bangsawan, anak itu juga tetap sesekali pulang untuk menemui  Fleming. Sepuluh tahun kemudian, anak ke tiga Fleming tersebut telah lulus dari sebuah sekolah medis di London. Beberapa waktu kemudian, dunia mengenal putra Fleming tersebut sebagai Alexander Fleming, seorang tokoh besar ilmu medis, penemu Penisilin.

Alexander Fleming

Kawan, sebuah kelemah lembutan dan kekayaan budi seseorang itu akan memilki nilai lebih meski ia adalah seorang yang tidak punya. Ketika kita melakukan suatu perbuatan dengan tulus iklas tanpa pamrih, percayalah bahwa Tuhan memiliki beribu cara untuk membalasnya. Lihatlah kisah di atas, Fleming yang seorang petani miskin rela menolong tanpa pamrih dan tidak mengharapkan imbalan apapun meski ia kekurangan. Tapi tuhan punya rahasia, Ia membalasnya melalui sang anak yang menjadi tokoh dunia. Apakah mungkin seorang Fleming si petani miskin, mampu memberikan pendidikan kepada sang anak hingga ke sekolah medis? Sedangkan untuk sehari-hari saja masih kekurangan.

0 komentar:

Posting Komentar