Laman

Please Select The Desired Language

English French German Spain Italian Dutch Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

7 Mar 2012

Si Burung Pipit


Disuatu musim kemarau yang sangat panas, ada seekor burung pipit mengumpat kepada alam karena merasa kepanasan. Ia lalu memutuskan untuk meninggalkan tempat tinggalnya, pergi ke daerah utara yang menurut kabar udaranya selalu sejuk dan dingin. 

Ternyata hal itu benar, ketika ia terbang makin jauh ke utara, udara yang dirasakan semakin sejuk. Hal itu semakin memotivasinya untuk terbang lebih jauh lagi, sampai-sampai tidak menyadari kalau kedua sayapnya mulai ditempeli gumpalan salju kecil. Makin lama, salju yang menempel pada sayapnya semakin tebal, dan ia pun terjatuh ke tanah karena tidak dapat mengepakan sayapnya lagi.

Salju terus saja turun menerpa tubuhnya hingga mengubur dirinya hidup-hidup, ia menyangka hidupnya telah tamat saat itu juga. Kebetulan ada seekor kerbau yang sedang melintas dan mendengar rintihan si burung pipit. Tetapi si burung pipit kecewa, mengapa yang datang hanya seekor kerbau. Ia lalu menghardik si kerbau agar menjauh, "Pergi sana, makhluk yang tolol sepertimu tidak akan mampu berbuat sesuatu untukku."

Tanpa berbicara apa-apa, si kerbau lalu mengencingi si burung pipit. Burung pipit itu pun semakin marah dan memaki-maki kepada si kerbau. Namun, si kerbau tetap tidak perduli, ia malah membuang kotoran tepat di atas tubuh si burung pipit. Dan seketika itu juga, si burung pipit tidak dapat bicara lagi karena telah tertimbun kotoran si kerbau.

Luar biasa, secara perlahan-lahan salju yang menempel pada bulu-bulunya mulai mencair oleh hangatnya kotoran si kerbau. Setelah beberapa menit, ia pun dapat bernafas lega dan dapat melihat langit yang cerah kembali.

Si burung pipit berteriak kegirangan, dan bernyanyi sekerasnya. Karena mendengar suara nyanyian si burung pipit, ada seekor kucing datang mendekat. Ia mengulurkan tangannya dan mengais salju yang menyelimuti tubuh si burung pipit. Kemudian menimangnya, menjilati tubuhnya, mengelus, dan membersihkan sisa-sisa salju yang masih menempel pada bulu-bulu si burung pipit.

Setelah bulunya bersih, si burung pipit bernyanyi dan menari kegirangan. Ia mengira, telah mendapatkan teman yang sangat baik hati. Tapi, apa yang terjadi kemudian. 

Seketika itu juga dunia terasa begitu gelap baginya, dan tamatlah riwayat si burung pipit.

***

Kawan, Dalam kehidupan, tidak semuanya yang nampak baik itu baik bagi kita, yang jahat itu juga jahat bagi kita. Tetapi bisa saja hal itu sebaliknya, karena halaman tetangga yang nampak hijau belum tentu cocok untuk kita. Dan yang terpenting, baik buruknya penampilan, jangan digunakan sebagai satu-satunya tolak ukur dalam mengambil sikap. Serta ketika kita baru saja mendapatkan kenikmatan, jangan sampai kita lupa diri karena keburu nafsu yang mungkin akan mencelakakan kita.

0 komentar:

Posting Komentar