Di sebuah kota kecil bernama Spica sedang diselengarakan lomba balap mobil mainan. Suasananya sungguh meriah siang itu, karena saat itu adalah babak final. Pada perlombaan itu hanya tinggal tersisa empat orang, dan mereka masing-masing memamerkan mobil mainan yang dimilikinya. Semua mobil balap mainan itu adalah buatan sendiri, sebab memang begitulah peraturannya.
Di antara peserta tersebut ada seorang anak bernama Jack, mobilnya tidaklah terlalu istimewa, namun ia termasuk ke dalam empat anak yang masuki ronde final.
Dibanding semua lawannya, mobil Jack adalah yang paling tidak sempurna. Beberapa anak menyangsikan kekuatan mobil itu untuk berpacu melawan mobil lainnya.
Yah, memang mobil si Jack tidak begitu menarik. Dengan kayu yang sederhana, dan sedikit lampu yang berkelap-kelip di atasnya tentu tidak sebanding dengan hiasan mewah yang dimiliki mobil mainan lainnya. Namun, Jack bangga dengan itu semua, karena mobil itu buatan tangannya sendiri.
Tibalah saat yang dinantikan, kejuaraan mobil balap mainan. Setiap anak bersiap-siap di garis start untuk mendorong mobil mereka sekencang-kencangnya.
Di setiap jalur lintasan, telah siap empat mobil dengan empat pembalap kecilnya. Lintasan itu berbentuk lingkaran dengan jalur terpisah di antaranya. Namun sesaat kemudian, Jack meminta waktu sebentar sebelum lomba dimulai. Ia tampak berkomat kamit seperti sedang berdoa. Matanya terpejam, dengan tangan yang tertampuh, semenit kemudian ia berkata, “Ya, aku siap!”.
Doooooorr...............!!
Tanda pertandingan telah dimulai. Dengan hentakan yang kuat, mereka mulai mendorong mobilnya masing-masing dengan kuat. Semua mobil itupun meluncur dengan cepat. Setiap orang bersorak soray, bersemangat, menjagokan dukungan mereka masing-masing.
“Ayo, ayo, ayo! Cepat! Cepat! Cepat! Maju maju maju! Ayo..!!!”, sorak penonton dengan bersemangat.
Dan ternyata, Jacklah pemenangnya. Yah.., semuanya senang. Begitu juga dengan Jack.
Ia berucap, dan berkomat kamit lagi dalam hati, “Terima kasih Tuhan..”.
Saat pembagian piala tiba, Jack maju ke depan dengan bangga. Sebelum piala itu diserahkan, ketua panitia itu bertanya, “Hey jagoan !, kamu tadi pasti berdo'a kepada Tuhan, agar kamu bisa menangkan...!?”.
Jack terdiam, “Tidak Pak, bukan itu yang saya doa’kan, sepertinya tidak adil meminta kepada Tuhan untuk menolong saya mengalahkan orang lain. Tadi saya hanya memohon kepada Tuhan agar saya diberikan kekuatan agar tidak menangis jika saya kalah dalam pertandingan”.
Semua hadirin terdiam mendengar hal itu. Setelah beberapa saat terdengar gemuruh tepuk tangan yang memenuhi arena perlombaan.
Kawan, mungkin selama ini telah banyak waktu yang kita lakukan untuk berdo'a kepada Tuhan untuk mengabulkan permintaan kita, menjadikan kita nomor satu, menjadi yang terbaik, menjadi pemenang dalam setiap ujian dan sebagainya. Padahal yang kita butuhkan adalah bimbingan-Nya, tuntunan-Nya, dan panduan-Nya. Kita sering terlalu lemah untuk percaya bahwa kita kuat, kita sering lupa, dan kita sering merasa cengeng dengan kehidupan ini. Tidak adakah semangat perjuangan yang mau kita lalui. Yakinlah kalau Tuhan memberikan kita ujian yang berat, bukan untuk membuat kita lemah, cengeng, dan mudah menyerah. Semua itu karena Tuhan ingin menguji kita apakah kita mampu untuk bijaksana dalam menghadapinya. Dan yang perlu disadari dan diingat kembali bahwa, Tuhan menyayangi dan mencintai setiap hamba-Nya.
0 komentar:
Posting Komentar