Ada sebuah roda yang kehilangan salah satu jari-jarinya. Hal ini terjadi saat ia melaju terlalu kencang ketika melintasi sebuah hutan dimalam hari. Kini sang roda bingung, kemana ia harus mencari satu bagian tubuhnya itu? Karena tanpa bagian tubuhnya yang lengkap, ia tidak dapat lagi berjalan dengan sempurna.
Roda itu pun berbalik arah. Dengan perlahan ia kembali menyusuri jalan-jalan yang pernah dilewatinya. Setiap sudut jalan ia perhatikan dengan sunguh-sungguh, dengan harapan jari-jarinya yang hilang dapat segera ditemukan.
Kembali ia temui rerumputan. Dihampirinya pohon bunga-bunga yang tumbuh indah dipinggir jalan. Dikunjunginya semut dan serangga kecil yang sedang bercengkrama dengan riang. Dan dilewatinya lagi semua batu-batu dan kerikil-kerikil pualam. "Wah, semuanya tampak berbeda sekali" pikir si roda.
Selama ini ketika si roda melintasi jalan itu, ia selalu melaju dengan kencang, semua hal yang ia lihat sekarang, sebelumnya selalu luput dari perhatiannya. Semua hanya berupa titik-titik kecil yang biasa-biasa saja. Namun, kini ketika ia berjalan perlahan, semuanya tampak jauh lebih indah.
Rerumputan dan ilalang, tampak menyapanya dengan ramah. Mereka kini tak lagi hanya berupa batang-batang yang kaku. Mereka tampak tersenyum, melambai, bergoyang dan menyampaikan sebuah salam yang membuat sang roda tersenyum.
Bunga-bunga pun tampak lebih indah. Harum dan semerbaknya terasa lebih menyegarkan. Kuntum-kuntumnya yang baru terbuka, menampilkan wajah yang cerah. Kelopak-kelopak yang tumbuh, seakan bersorak pada sang roda. Sang roda tertegun dan berhenti sebentar. Sang bunga pun merunduk, memberikan salam hormat.
Dengan perlahan, ia lanjutkan kembali perjalanannya. Kini ia melihat semut dan serangga kecil sedang berbaris dan memberikan salam yang paling semarak. Kaki-kaki mereka bertepuk, membunyikan keriangan yang meriah. Sayap-sayap itu bergetar, seakan ada ribuan genderang yang di tabuh. Mereka saling menyapa, seakan memberikan salam, dan do'a pada sang Roda.
Begitu pula batu dan kerikil pualam. Kilau yang hadir, tampak berbeda jika di lihat dari mata yang tergesa-gesa. Mereka lebih indah, dan setiap sisi batu itu memancarkan kemilau yang teduh. Tak ada lagi sisi dan ujung yang tajam dari batu yang kerap mampir di tubuh sang Roda. Semua batu pualam membuka jalan, memberikan kesempatan bagi sang roda melanjutkan perjalanan.
Tanpa terasa, jari-jari yang hilang berhasil ia temukan. Sang roda pun senang sekali. Sambil memasangkan jari-jari itu pada tubuhnya, ia berkata dalam hati. "Ternyata selama ini aku berjalan terlalu cepat, hingga banyak hal yang luput dari perhatianku."
Kawan, seperti inilah refleksi kehidupan kita. Sering kali kita berlaku seperti sebuah roda yang berjalan kencang. Kita bahkan tidak memiliki waktu untuk memperhatikan di sekitar kita. Banyak keindahan yang kita lewati begitu saja, padahal itu mungkin sebuah kesempatan.
Kadang, kita penuh dengan berbagai macam ambisi yang membuat kita hidup dalam kebimbangan dan ketergesa-gesaan. Langkah-langkah yang terlalu cepat, membuat pikiran kita panik dan lupa bahwa di sekitar kita banyak sekali hikmah yang perlu ditekuni. Sama ketika sang roda yang terlupa pada rumput, ilalang, semut dan kerikil di sepanjang perjalanannya.
Susuri kembali jalan-jalan itu. Cermati, amati, dan perhatikan setiap hal yang pernah kita lewati. Renungkanlah, adakah kebahagiaan yang terlupakan? Adakah keindahan tersembunyi yang tidak pernah kita nikmati? Susuri kembali perjalan hidup yang telah kita lewati dengan perlahan, dan temukan keindahan itu!! Karena, dalam hidup "janganlah berjalan terlalu cepat."
0 komentar:
Posting Komentar