(Semestaku berteriak, anginku berbicara, petirku mengegema, batinku menghujam hingga kedasar hati kebesaran sang pencipta jiwa-jiwa yang mempesona. Aku bersujud, tersimpuh malu karena dosa-dosa)
"Namaku Bintang. Aku memiliki sebuah kisah cinta yang memberiku sebuah pelajaran tentangnya. Ini bukanlah sebuah kisah cinta hebat dan mengagumkan penuh gairah seperti dalam novel-novel roman, walau begitu menurutku ini adalah kisah yang jauh lebih mengagumkan dari itu semua.
Ini adalah kisah cinta ayah dan ibuku. Mereka bertemu di sebuah acara resepsi pernikahan dan kata ayahku beliau jatuh cinta pada pandangan pertama. Saat itu ayah tahu, bahwa inilah perempuan yang akan menikah dengannya. Hal ini menjadi kenyataan, kini mereka telah menikah selama 31 tahun dan telah memiliki tiga orang anak, Kakaku anak tertua, telah menikah dan memberikan mereka dua orang cucu, lalu aku, dan seorang adik laki-lakiku.
Mereka bahagia dan selama bertahun-tahun telah menjadi orang tua yang sangat baik bagi kami, mereka membimbing kami anak-anaknya dengan penuh cinta kasih dan kebijaksanaan. Aku teringat suatu hari ketika aku masih berusia belasan tahun. Saat itu beberapa bapak-bapak tetangga kami mengajak ayahku pergi kesebuah acara hiburan. Mereka mengatakan ada acara hiburan orkes dangdut yang sangat meneraik sedang diselengarakan dikampungku. Acara hiburan seperti itu adalah umum pada waktu itu termasuk layar tancap.
Tapi ayahku menolaknya karena ibuku sedang sakit. Kata ayahku,"Bapak tak akan pernah meninggalkan ibu sendirian". Hal itu yang selalu dicamkan oleh ayahku kepadaku. Apapun yang terjadi, sebagai seorang laiki-laki harus setia dan menjaga istrinya dan selalu menemaninya dalam keadaan apapun, baik miskin, kaya, sehat, maupun sakit. Seorang laki-laki harus bisa menjadi teman hidup istrinya. Banyak orang tertawa mendengar hal itu. Menurut mereka, itu hanya janji pernikahan dan omong kosong belaka. Tapi aku tak pernah memperdulikan mereka, aku percaya nasehat Ayahku benar.
Sampai suatu ketika, kami mengalami duka. Setelah ulang tahun ayahku yang ke-51, beliau terserang stroke dan menjadikannya lumpuh. Dokter mengatakan kalau saraf ayahku bagian kiri tidak berfungsi lagi sehingga beliau harus menjalani hidupnya dengan keadaan yang lumpuh.
Ibuku, seorang wanita yang masih sehat diusianya yang sudah lumayan tua. Beliau tetap merawat ayahku, terkadang menyuapinya ketika serangan stroke itu meyerang hinga ayahku tidak dapat melakukannya sendiri, bercerita banyak hal padanya, mengatakan padanya kalau beliau mencintainya. Ibuku tak pernah meninggalkannya. Selama bertahun-tahun, hampir setiap hari ibuku selalu menemaninya, beliau masih suka bercanda-canda dengan Ayah. Ibuku pernah memotongkan kuku tangan ayahku, dan kadang juga mencukurkan kumis dan janggut beliau, dan ketika ayah bertanya, "untuk apa kau lakukan ini? Aku sudah sangat tua dan jelek sekali".
Ibuku menjawab, "aku ingin kau tetap merasa gagah". Begitulah pekerjaan ibuku sehari-hari, beliau merawat ayahku dengan penuh kelembutan dan kasih sayang.
Para kenalan yang mengenalnya sangat hormat dengannya. Mereka sangat kagum dengan kasih sayang ibu pada ayahku yang tak pernah pudar. Suatu hari ayah berkata padaku sambil tersenyum, "Kau tahu Bintang. Ibumu tak akan pernah meninggalkanku, kau tahu kenapa?" Aku menggeleng dan ayahku melanjutkan, "karena aku tak pernah meninggalkannya".
Itulah kisah cinta ayah dan ibuku. Mereka memberikan kami, anak-anaknya pelajaran tentang tanggung jawab, kesetiaan, rasa hormat, saling menghargai, kebersamaan, dan cinta kasih. Bukan dengan kata-kata, tapi melalui contoh dari kehidupan mereka sendiri.
Bahkan hingga maut harus menjemput ayahku di bulan desember beberapa tahun lalu, ibu terus setia menemani ayahku hingga akhir hayantnya.
Selamat jalan ayah nasehat dan pelajaran yang telah enggkau berikan dan tanamkan kedalam jiwaku selamanya akan membekas. Dan aku berjanji sebagi putramu akan mengamalkan semua itu. Sunguh tidak ada pelajaran yang sangat berharga seperti yang telah engkau ajarkan kepadaku. Do’aku akan selalu ada untukmu wahai jiwa-jiwa yang mempesona.
Permulaan cinta adalah membiarkan mereka yang kita cinta i menjadi diri mereka sendiri, orang berbahagia karena cinta tidak pernah memiliki seluruh apa yang mereka impikan, mereka hanya melakukan 1 hal yaitu cinta yang cukup untuk menutup kelemahan kekasih mereka..!!!
0 komentar:
Posting Komentar