Laman

Please Select The Desired Language

English French German Spain Italian Dutch Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

27 Jan 2012

Paku yang Meninggalkan Bekas

Ada seorang anak kecil yang memiliki temperamen buruk, ia mudah sekali marah. Suatu hari yahnya memberi sekantong paku dan mengatakan kepadanya bahwa setiap kali ia marah, ia harus menancapkan satu paku ke pagar.

Hari pertama dia telah menancapkan 37 batang paku di pagar. Ayahnya cukup terkejut melihat jumlah paku yang ditancapkan anaknya di hari pertama “Nak, cobalah kamu belajar dari kejadian hari ini. Begitu seringnya kamu marah dalam sehari hingga paku yang kamu tancapkan di pagar ini sebanyak 37 batang.”

Sang anak pun terdiam. Memang, hari ini begitu banyak kejadian tak enak menimpanya di sekolah, di tempat bermain, dan di rumah yang membuatnya sering kehilangan kesabaran dan emosinya meluap. Sambil termenung melihat paku-paku yang telah menancap di pagar itu, dia pun kembali ke dalam rumahnya dan berfikir.

Pada hari-hari berikutnya ia belajar untuk mencoba menahan amarahnya, maka pada hari-hari berikutnya jumlah paku yang dipakainya kian berkurang. Semakin hari dirinya semakin baik, ia jadi lebih sering mengalah, membuat orang lain tersenyum, dan menahan kesabaran setiap kali suatu kejadian tidak enak menimpanya di luar sana. Diapun mulai berfikir ternyata lebih gampang menahan diri ketimbang harus memaku di pagar.

Akhirnya tiba hari ketika dia tidak perlu lagi menancapkan sebatang paku pun dan dengan gembira disampaikannya hal itu kepada ayahnya. Sang ayah lalu menyuruhnya mencabut sebatang paku yang menancap di pagar 1 setiap ia berhasil menahan amarahnya.

Hari-hari berlalu, akhirnya suatu hari ia menyampaikan kepada ayahnya kalau semua paku yang tertancap di pagar sudah tercabut semua. Lalu sang ayah membawa anaknya ke pagar itu dan berkata, ”Anakku, kamu sudah berlaku baik, tetapi coba lihat betapa banyak lubang yang ditinggalkan bekas paku yang kamu tancapkan di pagar ini?”

Pagar ini tidak akan pernah kembali seperti semula. Ketika kamu berselisih paham atau bertengkar dengan orang lain, hal itu selalu meninggalkan bekas seperti pada pagar ini. Kamu bisa menusukkan pisau di punggung orang lain, lalu mencabutnya kembali, tetapi tentu semua itu tetap akan meninggalkan luka.

Tak peduli berapa kali kau meminta maaf, tapi semua itu akan menjadi tidak ada artinya ketika kamu melakukannya kembali.

Kawan, adalah suatu keindahan yang tidak ternilai bagi orang lain, jika dengan keberadaanmu mampu membawa tawa dan memberi semangat. Tunjukkanlah kepada mereka betapa kamu menyukai mereka, dan kamu adalah orang yang membawakan kebahagiaan bagi mereka. Amarah hanya akan meninggalkan sebuah luka, dan luka itu tidak akan pernah bener-benar sembuh karena akan meninggalkan bekas.

1 komentar:

  • SANG PEMBELAJAR says:
    7 Mei 2012 pukul 09.35

    Kisah yang sangat inspiratif...
    Kebetulan di bLog Ane juga ada, namun sudah berbentuk file MP3, jadi mungkin sangat bermanfaat bagi kita untuk memacu semangat ketika sedang loyo atau dimanfaatkan untuk lainnya. Jika sobat berkenan silahkan download di bLog Ane... Thanks,
    Salam bLogger...

Posting Komentar