Sorang petani yang ingin menyelenggarakan upacara menjelang musim tanam, mengambil sebagian padi untuk dijadikan hiasan pada acara tersebut, dan sebagian lagi sisanya dipersiapkan sebagai benih untuk ditanam nantinya.
Mengetahui hal ini, biji padi yang dijadikan benih ternyata cemburu, dan berkeluh kesah kepada si petani. "Tidak adil...! Mengapa hanya sebagian teman kami saja yang dipilih sebagai hiasan? Lihatlah mereka, dikagumi dan dipuji banyak orang, sedangkan kami sama sekali akan diacuhkan."
Pak Tani hanya tersenyum mendengar keluh kesah mereka tanpa menjawab apa-apa. Ia malah mengangkut mereka dan melemparkannya ke berbagai penjuru sawah yang becek yang kotor.
Beberapa hari kemudian, Pak Tani menjenguk sawahnya dan menyapa benih-benih padi. “Selamat pagi benih-benih, apa kabar kalian?"
"Pak Tani, mengapa kami dibuang ke tanah kotor ini, apa salah kami? Kami kedinginan dan kepanasan, wajah kami kini jadi rusak. Lihat, ada banyak serat akar tumbuh pada tubuh kami. Tolong angkat dan bersihkan kami". Sahut salah satu benih kepada petani.
Namun, si petani tidak juga mengangkat benih-benih padi itu. Berhari-hari, ia tetap membiarkan benih padi tinggal di tanah yang becek dan kotor. Dibiarkannya pula akar yang tumbuh semakin banyak. Bahkan, yang tumbuh bukan hanya akar, melainkan juga batang dan daun semakin lebat hingga suatu saat benih padi itu lenyap tak berbekas.
Sawah itu kini menguning, penuh dengan tanaman padi yang berbulir lebat. Banyak orang mengagumi akan keindahannya dan banyak orang yang sangat membutuhkannya.
Suatu ketika saat padi-padinya telah siap untuk dipanen, si petani kembali datang menjenguk sawah padinya. “Benih Padi, bagaimana kabarmu hari ini?”
"Pak Tani, terima kasih atas pertolonganmu selama ini, karenamu kini kami menjadi tanaman padi yang berbuah sangat lebat dan berharga bagi orang-orang."
0 komentar:
Posting Komentar