Seorang Ibu sangat gembira ketika menerima kabar anak laki-laki satu-satunya segera pulang. Anak itu sudah cukup lama menghilang tanpa kabar sama sekali, sebab ia adalah seorang tentara yang ditugaskan ke Vietnam untuk berperang. Dapat dibayangkan betapa bahagianya perasaan sang Ibu, apa lagi si anak yang sempat ia kira telah gugur di medan perang itu dikabarkan tiba di rumah mereka esok hari.
Suasana di rumah itu menjadi hiruk pikuk, mereka sibuk menyiapkan acara besar-besara untuk menyambut kedatangan si anak tercinta. Seluruh anggota keluarga maupun rekan-rekan bisnis dari sang ayah diundang untuk turut memeriahkan, maklum saja, ayah anak tersebut adalah pengusaha besar yang terkenal.
Keesokan harinya si Ibu menerima telepon dari sang anak yang mengabarkan ia sudah berada di airport. “Bu bolehkah saya membawa seorang kawan?” tanya anak tersebut.
“Oh tentu saja, rumah kita cukup besar dan kamarnya pun banyak, ajak saja temanmu itu kemari dan jangan segan-segan!” jawab sang ibu.
“Terima kasih bu! Tetapi kawan saya ini cacat akibat perang.”
Sang ibu menjawab dengan cepat “Ooohh tidak, tidak jadi masalah! Bolehkah ibu tahu, bagian mana yang cacat?”
Dengan nada suara yang agak menurun, si anak menjawab “Ia kehilangan tangan dan kedua kakinya bu!”
Dengan nada agak berat dan terpaksa si ibu menjawab dengan hati-hati agar si anak tidak tersinggung. “Asal hanya untuk beberapa hari saja ibu kira tidak jadi masalah.”
Lalu si anak menjawab dngan sedikit tegas “Bu… masih ada satu hal yang harus saya ceritakan. Kawan saya ini wajahnya rusak, begitu juga dengan kulitnya sebagian besar hangus terbakar. Ia menginjak ranjau pada saat ingin menolong tentara lain.”
Si Ibu dengan nada kecewa dan kesal berkata “Nak, sebaiknya lain kali saja kita mengundang temanmu itu ke rumah, untuk sementara usulkan saja ia tinggal di hotel, kalau perlu biar ibu yang membayar biayanya.”
Si anak tetap memaksa “Bu, teman saya ini ia adalah sahabat terbaik saya, saya tidak ingin berpisah dari dia!”
Kemudian si ibu menjelaskan. “Nak... coba kau pikirkan, ayahmu adalah seorang yang terpandang, dan di rumah kita, kita sering kedatangan tamu para pejabat tinggi maupun orang-orang penting. Apalagi nanti malam kita akan mengadakan perjamuan malam yang akan dihadiri oleh seorang menteri, apa kata mereka apabila melihat seorang anak dengan tubuh yang cacat seperti itu. Bagaimana pandangan umum dan bagaimana lingkungan bisa menerima kita nanti. Apakah tidak akan menurunkan martabat kita bahkan jangan-jangan nanti bisa merusak citra binis usaha dari ayahmu?”
Sang anak langsung memutuskan telepon tanpa ada tanggapan apa-apa lagi.
Malam hari, seperti yang sudah dipersiapkan, acara penyambutanpun dimulai. Kedua orang tua anak tersebut dan tamu undangan menunggu kedatangan si anak. Namun hingga jauh malam ternyata si anak tidak juga datang. Si ibu mengira anaknya marah dan tersinggung, karena tidak diijinkan mengajak temannya datang dalam acara jamuan tersebut.
Jam dua dini hari, mereka dikejutkan dengan telepon dari rumah sakit yang meminta untuk datang guna mengidetifikasi mayat dari seorang pemuda yang bunuh diri.
Terlihat jelas dari barang-barang yang ditinggalkan pemuda tersebut, ia adalah bekas tentara perang di Vietnam. Mayat itu telah kehilangan tangan dan kedua kakinya. Wajahnya pun telah rusak bekas kebakar. Tadinya mereka mengira bahwa itu adalah tubuh dari teman anaknya. Namun betapa terkejutnya mereka, ternyata tubuh pemuda tersebut adalah anak mereka sendiri.
Karena ingin membela nama dan status kehormatan keluarga akhirnya mereka harus kehilangan putera tunggalnya yang selama ini menghilang dan di kira meninggal.
Kawan, terkadang kita begitu sulit untuk menerima kekurangan orang lain. Kita masih terlalu egois, dan mementingkan diri sendiri. Lihatlah kedua orang tua tersebut, mereka harus rela kehilangan anak tercintanya hanya karena sebuah nama baik yang masih belum tentu itu benar. Ingatlah, bahwa sikap saling mengharagi dan mengasihi itulah yang menjadikan dunia ini bisa damai dan bermakna, dan karena kekuranganlah maka kelebihan akan diraih.
Kata ibarat pedang yang sangat tajam, dengan mudah ia dapat memutuskan segala asa dan harapan. Maka, bijaksanalah dengan kata-katamu, sebelum ia melibasmu sendiri.
0 komentar:
Posting Komentar