Kain Kafan dari Torino (Sindone di Torino atau Sacra Sindone), merupakan salah satu misteri dunia yang belum terpecahkan hingga kini. Sebenarnyabn kain ini hanya merupakan kain lenen atau kafan biasa dengan panjang 4,36 meter dan lebar 1,10 meter. Yang menjadikan kain kafan ini penuh misteri adalah, kain ini memiliki gambaran seorang pria yang tampak telah disiksa secara fisik yang konsisten dengan siksaan penyaliban.
Gambaran pada kain kafan tersebut jauh lebih jelas dalam hitam-putih (foto negatif) dibandingkan dalam warna kecoklatan aslinya. Gambar negatif yang menyolok ini pertama kali dilihat pada malam hari tanggal 28 Mei 1898 di piringan fotografi terbalik milik fotografer amatir Secondo Pia yang diperbolehkan mengambil foto kain tersebut ketika sedang dipamerkan di Katedral Turin. Menurut Pia, ia hampir menjatuhkan dan memecahkan piringan fotografi tersebut akibat keterkejutannya melihat gambaran seseorang di kain tersebut.
Sejarah Kain kafan ini diketahui pertamakali tahun 1307 dari Kawasan Lirey, Prancis, sekarang Shroud of Turin tersimpan di Katedral Kota Torino Italia. Salah satu keunikan dari kain kafan tersebut adalah pada kain-nya terdapat sebuah gambar manusia dengan tampak depan dan belakang. Pada bagian kepala juga terdapat luka yang diduga akibat tusukan mahkota duri serta luka bekas cambukkan di dada maupun punggungnya, tak ketinggalan juga satu bekas luka tusukan dibagian lambung. Tentunya temuan ini sangat menggemparkan, dan setelah zaman mengalami kemajuan dalam bidang teknologi, penggunaan teknologi modern untuk membuktikan keaslian dari Shroud of Turin terus dilakukan, misalnya dengan penggunaan kamera dengan tingkat pencahayaan dan detail yang tinggi, dengan harapan dapat memperjelas bentuk dari gambar pada kain tersebut.
Kain kafan ini menjadi topik perdebatan sengit di antara para ilmuwan, rohaniwan, sejarawan, dan penulis mengenai di mana, kapan dan bagaimana kain kafan serta gambaran di atasnya tercipta. Dari pandangan rohani, pada tahun 1958 Paus Pius XII menyetujui gambaran kain kafan tersebut dalam hubungannya dengan ketaatan Katolik Roma atas Wajah Suci Yesus yang dirayakan tiap tahunnya pada Hari Selasa Pengampunan Dosa. Beberapa pihak percaya bahwa kain kafan ini merupakan kain yang menutupi Yesus ketika Ia diletakkan di dalam makamnya dan gambarannya tercetak pada serat-seratnya pada saat atau dekat saat Ia dipercaya bangkit dari mati. Pihak skeptis, di sisi lain, beranggapan bahwa kain kafan tersebut merupakan karya pemalsuan Abad Pertengahan, beberapa pihak lain menghubungkan terciptanya gambaran ini dengan reaksi-reaksi kimia atau proses-proses alamiah lainnya.
Berbagai pengujian telah dilakukan terhadap kain kafan ini, namun demikian perdebatan mengenai asal-usulnya tetap berlangsung. Penanggalan radio-karbon pada tahun 1988 oleh tiga kelompok ilmuwan yang berdiri sendiri mengeluarkan hasil yang diterbitkan di dalam jurnal akademik nature yang mengindikasikan bahwa kain kafan tersebut dibuat selama Abad Pertengahan, sekitar 1300 tahun setelah Yesus hidup atau beberapa orang lainnya. Walau demikian kontroversi penanggalan ini terus berlanjut.
Analisa lanjutan yang diterbitkan pada tahun 2005, misalnya, menyatakan bahwa contoh kain yang diambil oleh para kelompok penguji tadi untuk dihitung usianya diambil dari sebuah bagian kain kafan yang bukan merupakan bagian dari kain asli. Kain kafan ini juga rusak akibat kebakaran di akhir Abad Pertengahan yang mungkin bisa juga menambahkan material karbon pada kain tersebut, yang menyebabkan kadar radiokarbon yang lebih tinggi dan asal-usul usia yang lebih belakangan. Analisa ini pun dipertanyakan oleh pihak skeptis seperti Joe Nickell yang berargumen bahwa kesimpulan tersebut dari penulis Raymond Rogers berasal dari "menganalisis dengan cara mulai dari kesimpulan yang diinginkan dan kemudian baru menelusuri kembali pada bukti-bukti yang ada". Mantan editor Jurnal 'Nature' Philip Ball telah mengatakan bahwa ide yang menyatakan Rogers mengarahkan penelitiannya pada suatu kesimpulan yang telah tercipta sebelumnya adalah "tidak adil" karena Rogers memiliki "sejarah karya-karya penelitian yang patut dihargai".
Namun begitu, penelitian tahun 2008 di Oxford Radiocarbon Accelerator Unit mungkin mengubah penanggalan tahun 1260-1390 yang sebelumnya diterima, yang menyebabkan direktur institusi ini Christopher Ramsey untuk mengundang komunitas ilmiah untuk melakukan penelitian baru atas keaslian kain kafan ini. "Dengan perhitungan-perhitungan radiokarbon dan dengan semua bukti lainnya yang kita miliki mengenai kain kafan ini, terlihat adanya suatu konflik dalam interpretasi terhadap bukti-bukti yang berbeda" kata Gordan kepada BBC pada tahun 2008 setelah penelitian yang baru muncul. Walau tetap berpikiran terbuka, Christopher Ramsey menekankan bahwa ia akan sangat terkejut bila hasil pengujian tahun 1988 terbukti berbeda jauh dengan hasil pengujian yang baru ini, apalagi bila bedanya sampai "seribu tahun".
Hingga saat ini penelitian tentang Shroud of Turin masih benar-benar serius dilakukan. Kita tunggu saja perkembangannya.
(Refrensi: Wikipedia)
0 komentar:
Posting Komentar