Laman

Please Select The Desired Language

English French German Spain Italian Dutch Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

20 Feb 2012

Arloji dan Serbuk Kayu


Saat seorang tukang kayu sedang bekerja, secara tak disengaja ia menjatuhkan arlojinya kedalam tingginya tumpukan serbuk kayu. Arloji itu adalah sebuah hadiah yang sangat berharga baginya, dan telah lama dipakainya kemana pun juga. 

Karena kecintaannya kepada arloji itu, ia pun berusaha sekeras mungkin untuk menemukannya kembali. Sambil mengeluh atas keteledorannya, si tukang kayu itu membongkar tumpukan serbuk kayu berharap dapat menemukan arlojinya kembali. Mengehtahu hal ini, teman-teman sesama pekerjanya pun turut membantu mencarinya. Namun semua seakan sia-sia, arloji kesayangannya itu tetap tidak dapat ditemukan. 

Hingga tibalah saat makan siang, para pekerja serta pemilik arloji tersebut dengan lesu meninggalkan bengkel kayu tersebut menuju kantin untuk beristirahat. Saat itu ada seorang anak kecil yang sejak tadi memperhatikan mereka mencari arloji, ia lalu mendekati tumpukan serbuk kayu tersebut, dan tak berapa lama berselang, anak kecil itu berhasil menemukan kembali arloji kesayangan si tukang kayu dan mengembalikannya. 

Tentu saja, si tukang kayu itu amat gembira. Namun ia heran, karena sebelumnya banyak orang dewasa telah membongkar tumpukan serbuk kayu itu namun sia-sia. Tapi anak ini cuma seorang diri berhasil menemukannya.

"Bagaimana caranya kau menemukan arloji ini nak, sedangkan kami telah bersusah payah mencarinya ?", tanya si tukang kayu. 

"Saya hanya duduk secara tenang di lantai. Dalam keheningan itu saya bisa mendengar bunyi 'tik-tak, tik-tak', dari jam tersebut. Dengan itu saya tahu di mana letak arloji itu berada", jawab anak kecil itu.

***

Kawan, Kadang yang kita butuhkan adalah sebuah keheningan, meski tidak mudah mendapatkannya, tapi dengan keheningan itulah kita dapat lebih berkonsentrasi kepada suatu masalah. Kita terlalu sering terjerumus ke dalam 1001 macam kegaduhan, yang sejatinya telah merusak kemampuan sejati diri kita. Mualailah belajar mengabaikan segala macam cemoohan, hinaan, godaan, serta segala sesuatu yang dapat menggangu langkah keberhasilan. Percayalah, bahwa kita ini mampu dan dapat mendapatkan itu semua dengan batin  dan hati yang tenang.

0 komentar:

Posting Komentar