Seorang pemuda duduk sendirian di tepi pantai. Ia menatap sedih ombak yang berkejaran tiada henti. Ombak merasa iba terhadap si pemuda.
“Sahabat, mengapa engkau tampak pilu sepanjang hari?”
“Sahabat, mengapa engkau tampak pilu sepanjang hari?”
“Ah, aku sedang merenung dan mencari jalan keluar supaya dapat hidup lepas dari penderitaan. Aku ingin sepertimu, yang sepanjang hari menari dan berkejaran tanpa henti. Bagaimana engkau bisa demikian, wahai Ombak?”
“Karena aku bahagia.”
“Bagaimana engkau dapat bahagia?”
“Ikutilah perjalanan air dari hulu hingga ke hilir, maka kamu akan merasakan perjalanan hidupku yang bahagia di samudera yang luas ini.”
“Jadi, saya harus menyusuri sungai yang berkelok-kelok dan penuh bebatuan?”
“Kalau aku dahulu tidak mau melewati jalan seperti itu, mana bisa aku sampai ke samudera ini?”
Per aspera ad astra, kata pepatah Latin. Artinya sama dengan pepatah ‘berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian’.
Untuk mencapai kebahagiaan dan keberhasilan, harus ada upaya keras dan seringkali penuh keprihatinan. Karena segala sesuatu menjadi sangat indah bila tidak diperoleh dengan cara instan. Justru dari proses panjang dan penuh kegagalan menempa kita menjadi manusia yang lebih tangguh.
“Karena aku bahagia.”
“Bagaimana engkau dapat bahagia?”
“Ikutilah perjalanan air dari hulu hingga ke hilir, maka kamu akan merasakan perjalanan hidupku yang bahagia di samudera yang luas ini.”
“Jadi, saya harus menyusuri sungai yang berkelok-kelok dan penuh bebatuan?”
“Kalau aku dahulu tidak mau melewati jalan seperti itu, mana bisa aku sampai ke samudera ini?”
Per aspera ad astra, kata pepatah Latin. Artinya sama dengan pepatah ‘berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian’.
Untuk mencapai kebahagiaan dan keberhasilan, harus ada upaya keras dan seringkali penuh keprihatinan. Karena segala sesuatu menjadi sangat indah bila tidak diperoleh dengan cara instan. Justru dari proses panjang dan penuh kegagalan menempa kita menjadi manusia yang lebih tangguh.
0 komentar:
Posting Komentar