Laman

Please Select The Desired Language

English French German Spain Italian Dutch Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

26 Mar 2012

Sungai Kehidupan


Ada seorang pria yang merasa hidupnya sangat tidak menyenangkan, ia mendatangi seorang Guru yang terkenal amat bijaksana. “Guru, saya sudah bosan dengan hidup ini. Saya sangat jenuh dengan rutinitas sehari-hari yang kesemuanya terasa membosankan, rumah tangga saya berantakan, usaha saya juga selalu gagal dan kacau. Saya ingin mati saja Guru.” 

Sang Guru tersenyum mendengar keluhan pria itu, “Oh, kamu sedang sakit?” 

“Tidak Guru, saya tidak sakit, bahkan sangat bugar dan sehat. Tetapi saya jenuh dengan kehidupan, dan itu sebabnya saya ingin mati saja.” 

Seolah tidak mendengar penjelasan pria itu, sang Guru kembali berkataa, “Kamu sakit anakku, penyakitmu itu dinamakan Alergi Akan Hidup.” Sang Guru melanjutkan, “Penyakitmu itu bisa disembuhkan, asalkan saja kamu bersedia sembuh dan mau mengikuti petunjukku.” 

“Tidak Guru, tidak! Saya sudah sangat bosan, saya tidak ingin hidup lagi,” pria itu menolak tawaran sang Guru. 

“Jadi kamu tidak ingin sembuh, dan kamu betul-betul ingin mati?” Tanya sang Guru sambil menatap tajam ke arah mata pria itu. 

Dengan tertunduk lesu, pria itu menjawab. “Ya, saya sudah bosan dengan hidup ini.” 

“Baiklah kalau memang itu keinginanmu. Sekarang ambil botol yang berisi ramuan ini, dan minumlah setengah botol setelah kamu kembali ke rumah nanti. Setengahnya lagi kamu minum besok petang, dan esok malam kamu akan mati dengan tenang..!” Perintah sang Guru sambil menyerahkan ramuan itu. 

Pria itu merasa sedikit bingung. Sebab, setiap Guru yang didatanginya selama ini selalu berupaya memberikannya semangat agar ia tetap hidup. Tapi Guru ini aneh, ia malah memberikankan ramuan untuk mengakhiri hidupnya. Tetapi karena ia memang sudah betul-betul jemu, ia menerimanya dengan senang hati. 

Sesampai di rumah, ia langsung menenggak setengah botol ramuan dari sang Guru. Beberapa saat kemudian ia merasakan suatu ketenangan yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Semuanya terasa begitu santai, dan ia berpikir dalam hidupnya yang tinggal 1 malam 1 hari lagi, ia ingin memberikan suatu kenangan yang menyenangkan untuk orang-orang di sekitarnya. 

Malam itu, ia memutuskan untuk mengajak seluruh anggota keluarganya makan malam bersama di sebuah restoran. Itu adalah sesuatu yang sudah tidak pernah ia lakukan lagi selama beberapa tahun terakhir. Dalam hatinya, ia ingin meninggalkan sebuah kenangan yang manis untuk mereka. 

Sambil menikmati makan malam itu, ia bersenda gurau, bercerita, dan suasananya sungguh sangat menyenangkan. Saat sebelum tidur, ia mengecup kening sang istri dan membisikkan sesuatu ke telinganya, “Sayang, aku sangat menyayangimu." 

Kesokan hari, saat ia membuka jendela kamar dan melihat ke luar, tiupan angin pagi sungguh menyegarkan dan ia tergerak untuk melakukan jalan pagi. Setengah jam kemudian ia kembali ke rumah, dan melihat sang istri masih tertidur dengan lelap. Tanpa membangunkannya, ia pergi ke dapur dan membuat dua cangkir kopi, satu untuk dirinya, dan satu lagi untuk sang istri. Baginya, pagi itu adalah pagi terakhirnya di dunia ini, dan ia ingin meninggalkan kenangan manis untuk sang istri. 

Saat terbangun sang istri merasa suaminya sangat aneh dan tak seperti biasanya, ia begiti ramah dan penuh kasih kepadanya. “Selama ini mungkin aku banyak melakukan kesalahan kepadamu, aku ingin kamu mau memaafkanku,” ucap sang suami sambil menyerahkan segelas kopi kepadanya. 

Di kantor, ia menyapa setiap orang yang ia tenui. Para karyawan pun merasa bingung dengan hal itu, “Hari ini, Boss kita kok aneh ya?” pikir mereka. Sungguh sikapnya sangat berbeda dari biasanya, ia menjadi lembut, sangat ramah dan lebih toleran, bahkan apresiatif terhadap perbedaan pendapat dengan para karyawan.

Saat pulang ke rumah petang itu, ia menemukan sang istri tercinta sedang menunggu kepulangannya. Kali ini justru sang istri yang memberikan ciuman kepadanya, “Sayang, aku minta maaf kalau selama ini sering merepotkanmu.” Anak-anaknya pun tidak ingin ketinggalan, ”Ayah, maafkan kami semua, selama ini  Ayahselalu stress karena perilaku kami.” 

Tiba-tiba, sungai kehidupannya mengalir kembali. Hidupnya menjadi sangat indah untuk diakhiri. Dan ia berpikir untuk mengurungkan niat mengakhiri hidupnya. Tetapi dalam hati ia bertanya, “bagaimana dengan racun yang setengah botol sudah kuminum?” 

Ia pun lalu mendatangi Sang Guru bijak untuk bertanya. Melihat wajah pria itu, Sang Guru langsung mengetahui apa yang telah terjadi. Tanpa bertanya sepatah kata pun sang Guru lalu berkata kepadanya, “Anakku, buang saja botol yang berisi air putih itu, karena kini kamu sudah sembuh!” 

Sang Guru melanjutkan, “jika kamu hidup dengan kesadaran bahwa kamu bisa mati kapan saja, maka kamu akan menikmati setiap detik kehidupanmu. Hilangkan egomu, segala keangkuhanmu dan Jadilah lembut selembut air yang mengalir bersama sungai kehidupan. Kamu tidak akan merasa bosan, bahkan kamu akan merasa hidup ini penuh dengan kebahagiaan. Anakku, itulah rahasia kehidupan ini, itulah jalan menuju ketenangan, dan Itulah kunci meraih kebahagiaan hidup.” 

Dengan perasaan suka-cita, pria itu pulang untuk mengulangi pengalaman sehari terakhirnya. Kini dengan kesadaran bahwa ia bisa mati kapan saja, ia terus bersemangat mengarungi segala macam lika-liku kehidupan dengan tenang dan bahagia.

0 komentar:

Posting Komentar