Laman

Please Select The Desired Language

English French German Spain Italian Dutch Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

10 Feb 2012

Kisah Si Cassie Kecil


Sore itu, Cassie tengah asik menunggu kepulangan orang tuanya. Bolak-balik kaki kecilnya melangkah dari ruang tamu ke pintu depan sambil sesekali diliriknya jalan raya yang ada di depan rumah. Tetapi tetap saja tidak ada tanda-tanda kedatangan orang yang dia tunggu. Ia terus saja berbolak-balik sampai satu jam lamanya. Suara si mbok yang berulang kali menyuruhnya untuk makan duluan, sama sekali tidak digubrisnya. 

Barulah setelah jam 19.00 ia mendengar suara klakson mobil di depan rumahnya. Cassie melompat girang, "Hore... Mama papa sudah pulang." Dari kamarnya yang di lantai dua, dilihatnya dua orang itu masuk ke dalam rumah. Salah satu langsung menuju ke kamar mandi, sedangkan yang satu lagi menghempaskan diri di sofa. Wajah-wajah kedua orang itu tampak letih, namun bagi Cassie kecil, ia rindu Ibu dan Ayahnya. Ia sangat senag sekali bahwa orang yang dicintainya itu telah berada di rumah.

Tak lama kemudian ia turun dari kamarnya dan berteriak, "Mama..." tegur Cassie sambil mengerak-gerakan tangan mamanya. Tapi  orang yang dipanggilnya itu tetap diam. 

Dengan cemas Cassie bertanya lagi, "Mama sakitya, mananya yang sakit Ma. Ayo kasih tahu Cassie! Tangannya ya yang sakit, atau kaki Mama yang sakit?" 

Tapi Ibunya tetap tidak menjawab, ia hanya mengerinyitkan dahi kepada Cassie. Cassie pun semakin gencar bertanya, "Mama sakitya, biar Cassie ambilin obatya ma?"

Tiba-tiba, "Cassie, kepala Mama lagi pusingnih. kamu jangan berisik dong." sahut Ibunya membentak dengan suara tinggi.

Karena kaget, Cassie mundur perlahan sambil matanya menyipit. Kedua kaki kecilnya gemetar, ia bingung mengapa Ibunya seperti itu. lalu Cassie kecil menyingkir ke sudut ruangan sambil mengamati Ibunya dari jauh yang kembali memijit-mijit kepalanya. 

Dalam hati Cassien bertanya, "Cassie salah apa? Cassiekan sayang mama, apakah mama tidak suka Cassie dekat-dekat, atau Cassie mengganggu mama, atau Cassie tidak boleh sayang mama". 

Peristiwa yang sama terus saja berulang mewarnai hari-hari Cassie. Tetu saja semuanya itu terekam dalam ingatan si Cassie kecil.

Setelah bertahun-tahun kemudian, si Cassie kecil tumbuh menjadi seorang remaja putri yang cantik. Suatu ketika saat kedua orang tuanya pulang dari kantor, Cassie cepat-cepat menurunkan kakinya dari meja dan mematikan TV, lalu ia buru-buru naik ke atas menuju kamarnya. 

"Mbok, Cassie mana mbok?" tannya Ibunya pada pembantu. 

"Oh Cassie, sudah makan duluan nyonya" jawab pembantunya dengan hormat.

Seperti biasanya, malam itu mereka kembali hanya makan berdua saja. Dalam kesunyian, mereka berpikir dengan hati terluka, "ya Tuhan, mengapa anakku yang ku besarkan dengan susah payah dan kerja keras, nampaknya tidak suka menghabiskan waktu bersama-sama denganku. Apa salahku, apa dosaku? Anak zaman sekarang memang tidak tahu hormat kepada orang tua".

Itulah yang selalu ada di dalam pikiran kedua orang tua Cassie. Dan tanpa diketahui, dari atas  loteng Cassie mengamati dua orang yang paling dicintainnya dalam diam itu, dari tempat dimana ia tidak akan merasa terluka. Dan dari lubuk hatinya yang paling dalam, Cassie bertannya, "Mama, Papa, katakan padaku... bagaimana caranya aku memeluk seekor landak?"

0 komentar:

Posting Komentar